Sekitar 1 dari 10 pasangan yang sulit punya anak, diperkirakan pria berkontribusi 30% dari kasus-kasus yang terjadi. Walaupun produksi sel spermanya bisa jutaan per hari, namun sel-sel tersebut sangat rentan rusak. Bandingkan dengan 300-400 sel telur yang diproduksi wanita seumur hidupnya namun dapat bertahan lama. Ini karena banyak faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan sel sperma bahkan membunuhnya. Lalu, faktor-faktor apa saja yang dapat membunuh sperma? Berikut dokter Merry paparkan sebagaimana dilansir dari Health:
Suhu yang Terlalu Panas
Menurut Hal Danzer, MD, Spesialis masalah kesuburan dari Los Angeles, jika temperatur testis naik hingga 98 derajat, produksi sperma bisa terhenti dan dampaknya bisa terjadi hingga beberapa bulan. Salah satu hal yang bisa membuat suhu testis naik adalah berendam air panas. Temperatur tinggi tidak baik untuk testis dan berdasarkan studi yang diterbitkan pada 2007, berendam selama 30 menit di Jacuzzi bisa menurunkan produksi sperma sementara. Paul Shin, MD, Urologis dari Washington DC menambahkan hal itu baru pulih dalam jangka waktu 3, 6 bahkan hingga 9 bulan.
Demam Tinggi
Menurut Kurt Wharton, MD, Ahli Kesuburan dari San Fransisco, saat ada pasien pria mengeluhkan masalah kesuburan tapi berdasarkan pemeriksaan, kondisi air maninya bagus, maka pertanyaan pertama yang akan saya ajukan adalah, 'Apakah Anda pernah sakit dalam tiga bulan terakhir?'. Demam tinggi bisa menaikkan suhu tubuh, yang berdampak pada menurunnya produksi sperma. Konsentrasi terbentuknya sperma bisa menurun hingga 35 persen, selama orang tersebut mengalami demam.
Laptop
Laptop juga menjadi salah satu faktor penyebab terganggunya sistem reproduksi pria. Menurut para peneliti di State University of New York, ada korelasi langsung antara penggunaan laptop dan kenaikan suhu pada area scrotum. Banyak pria menggunakan laptopnya dengan cara dipangku. Ternyata kebiasaan ini dapat mengurangi kesuburan. Para peneliti dalam studi 'Fertility and Sterility' mencatat bahwa pemanasan skrotum lebih dari 1,8 derajat sudah cukup mengakibatkan kerusakan pada sperma.
Celana Dalam yang Terlalu Ketat
Pria yang sering memakai celana dalam terlalu ketat juga bisa menurun produksi spermanya, meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan. Untuk itu, Dr Wharton menyarankan untuk lebih sering mengenakan boxer daripada celana dalam. Ia menjelaskan, semakin sempit celana yang dikenakan pria, akan semakin kecil pula 'lingkungan' yang memberi kesempatan tubuh untuk memproduksi sperma.
Handphone
Sebuah studi yang dilakukan pada 2008 menemukan bahwa pria dengan tingkat pemakaian ponsel yang tinggi (lebih dari empat jam per hari), jumlah spermanya jauh lebih sedikit dan pergerakan sperma juga lebih lambat. Untuk mengurangi eksposur radiasi ponsel harus disimpan di dalam tas, tidak di kantong celana. Namun, karena studi tentang pengaruh ponsel terhadap kualitas sperma masih sangat sedikit, beberapa dokter kurang setuju dengan pernyataan tersebut.
Obesitas
Obesitas kerap diasosiasikan dengan peningkatan produksi hormon wanita (estrogen), tapi di sisi lain bisa menurunkan jumlah sperma. Menurut Daniel A. Potter, MD, dari Huntington Reproductive Center di California, masalah berat badan juga menyebabkan disfungsi seksual dan kemandulan. Dibandingkan pria dengan berat badan normal atau berlebih, pria obesitas memiliki jumlah sperma lebih rendah dan fungsi testisnya berkurang. Namun berdasarkan studi World Health Organization (WHO), hal itu hanya terjadi pada tingkat obesitas yang sudah akut.
Rokok dan Mirasantika
Rokok, minuman keras dan narkotika bisa merusak fungsi seksual. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan berdampak buruk pada kualitas dan produksi sperma. Sementara rokok bisa merusak mortilitas sperma. Sejumlah studi menunjukkan bahwa menghisap rokok bisa merusak DNA sperma dan meningkatkan risiko disfungsi ereksi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar