Blog Ini Disponsori Oleh:

Minggu, 16 September 2007

Jangan Sepelekan Hal-hal Kecil

1. BOTOL BEKAS
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai ulang botol plastik dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastik botol (polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol mengandung zat karsinogen (DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang khusus dipakai berulang-ulang, jangan memakai botol plastik.
2. PENGGEMAR SATEKalau Anda makan sate, jangan lupa makan mentimun/ketimun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu mentimun/ketimun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi mentimun/ketimun punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan mentimun/ketimun setelah makan sate.

3. UDANG DAN VITAMIN CJangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.
4. MI INSTAN
Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika ingin mengkonsumsinya lagi. Dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mi instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker.

5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANANKemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.
A. KertasBeberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu dan tempe goreng yang dibungkus Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual Padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal ke makanan. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.
B. Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene 
yang dibuat dari kopolimer styren telah menjadi salah satu pilihan paling populer dalam bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Tetapi, riset membuktikan styrofoam diragukan keamanannya. Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan  residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya karen dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

1 komentar:

indrakus mengatakan...

aslm,mer blog yang bagus hebat,lebih bagus kalo ada reffnya.mau berkarir jadi blogger juga nih indra di www.indrakus.blogspot.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...