
WHO) dan FAO merekomendasikan pemeriksaan cemaran Enterobacter sakazakii pada susu formula bubuk tahun 2005 karena sebelumnya ada laporan kejadian diare pada balita yang mengonsumsi susu tercemar Enterobacter di Jepang. Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah, memperkuat BPOM. Dari 100 ribu bayi berusia di bawah satu tahun, hanya satu bayi yang kemungkinan terinfeksi bakteri Enterobacter. Kendati kasus pencemaran oleh bakteri itu langka, namun warga kadung resah pada pemberitaan yang ada. Bakteri ini dapat dibunuh dengan air panas pada suhu 70 derajat Celcius, meski berakibat kehilangan dan kerusakan zat gizi pada susu formula. Botol susu harus selalu steril dengan merebus di air mendidih. Larutkan susu formula secukupnya, sehingga segera habis diminum bayi. Hindari melarutkan dalam jumlah banyak untuk diminum beberapa jam.Memperpendek waktu pemberian susu pada bayi, lebih baik dibuatkan berkali-kali dgn cara steril.
Sebaiknya membeli susu formula dalam kemasan kecil, sehingga cepat habis. Bila kemasan besar, akan lama habis dan besar peluang tercemar Enterobacter sakazakii. Meningkatkan kewaspadaan akan sanitasi selama proses penyimpanan, penyiapan, dan pemberian susu formula pada bayi, termasuk peralatan, air, dan pihak terlibat. Bila bakteri Enterobacter sakazakii menyerang bayi, dapat mengakibatkan radang selaput otak, radang usus, gangguan neurologik bahkan kematian. Menurut WHO pada 2004, 20-50 persen penderita mengalami kematian. Selain pada susu formula, bakteri ini bisa ditemukan di cokelat, kentang, sereal, dan di lingkungan lembab. Pada suhu kamar, jumlah bakteri berkembang dua kali lipat dalam 45 menit dan pada suhu kulkas jumlahnya dobel dalam waktu 14 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar