Tangisan merupakan salah satu bentuk komunikasi anak,
khususnya yang masih berusia di bawah 3 tahun (batita). Ini semata karena
keterbatasan kemampuan verbalnya yang lambat laun mulai menghilang seiring
dengan bertambahnya kemampuan bicara. Jadi, anak yang sering menangis belum
dikategorikan sebagai cengeng bila dalam kondisi sakit, lelah, takut atau
bertemu orang baru. Tapi dianggap cengeng bila dia mulai memaksakan
keinginannya bila tidak dipenuhi dengsan menangis. Menurut Psikolog Potentia
Centre, Ike R. Sugiyanto yang diungkap harian Kompas, penyebab anak cengeng ada
5, yaitu:
1. Emosi ibu tak stabil saat hamil.
Bila dirunut ke belakang, salah satu penyebab anak
gampang menangis adalah kondisi psikologis ibu kurang mendukung saat hamil,
seperti banyak masalah, emosinya tidak stabil atau problem dengan pasangan. Kondisi ini bisa "menular"
pada janin dan bila tidak terselesaikan, bukan tidak mungkin terus terbawa
hingga batita.
2. Anak cenderung lebih sensitif.
Memang, ada anak-anak yang lebih sensitif perasaannya
halus, sehingga apa saja gampang memancing tangisannya. Ada orang bersuara
keras, ia menangis, karena merasa dirinya sedang dimarahi. Bila sendirian, ia menangis, karena merasa ditinggalkan oleh semua orang.
3. Orangtua tidak konsisten.
Bila diperhatikan, ada anak yang menggunakan trik
menangis saat melakukan kesalahan orangtua merasa
kasihan dan mengurungkan
niat menghukumnya. Meski masih batita, anak sudah bisa melihat celah,
menggunakan tangisnya sebagai upaya terhindar dari hukuman atau teguran.
4. Pola asuh.
Pola asuh orangtua ikut berperan. Anak yang serba dilarang akan tumbuh menjadi
pribadi penakut atau pencemas. Ia selalu tidak percaya diri
dengan apa yang dilakukannya. Akibatnya ia mudah menangis bila menghadapi
situasi yang membuatnya takut atau khawatir.
5. Anak dimanja.
Anak yang serba boleh atau dimanja berlebihan juga berpotensi menjadi anak
cengeng. Ia akan menggunakan tangisan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Apalagi kalau anak ini sudah bisa "menandai" orangtua akan memberikan
apa saja kalau ia menangis di muka umum. Menangis menjadi pilihan caranya
manakala menginginkan sesuatu.
Jika anak memiliki kecenderungan gampang menangis seperti ini, Anda masih bisa
memperbaiki perilakunya. Orangtua perlu tekun memberikan penjelasan dan
menstimulasi anak untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Komunikasi yang
baik perlu dibangun agar anak belajar mengungkapkan kebutuhannya, bukan dengan
menangis tanpa sebab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar